Tanda I’rob Bagi Nashab Dalam Ilmu Nahwu
Sebelumnya, dalam nahwu bab i’rob kita sudah membahas pembagian i’rob ada empat: rofa’, nashab, khafaz, dan jazam. Keempat pembagian tersebut memiliki tanda masing-masing.
Untuk rofa’ sudah kita bahas secara detail dalam artikel sebelumnya yang berjudul tanda i’rob bagi rofa’ dalam ilmu nahwu.
Tiba saatnya kita bahas pembagian yang kedua, tanda nashab dalam ilmu nahwu. Semoga bermanfaat bagi kita semua, amiinnn.
- Fathah (tanda dasar/utama)
- Alif
- Kasrah
- Huruf Yaa
- Buang Nun
Adapun Fathah adalah tanda i’rob dasar/asal bagi nashab, sedangkan alif, kasrah, huruf yaa, dan buang huruf nun adalah pengganti dari fathah atau disebut juga furu’ (cabang) dari fathah.
1. Fathah
Tanda i’rob pertama untuk nashab adalah harokat fathah. Fathah menjadi tanda bagi nashab pada 3 tempat: isim mufrad, jamak taksir, dan pada fi’il mudhari’ yang didahului oleh nawashib dan tidak bersambung dengan apapun.
Pertama, fathah menjadi tanda bagi nashab pada isim mufrad, baik yang munsharif maupun ghairu munsharif.
Isim mufrad adalah semua isim yang tunggal atau berjumlah satu. Contoh fathah menjadi tanda i’rob bagi nashab pada isim mufrad:
واتّـــقُوا اللهَ
كِــتَابٌ – كِتَابَانِ – كُتُوْبٌ
Kata “kutubun” adalah jamak taksir karena pola kata ketika jamak berbeda dari pola mufradnya.
Contoh fathah menjadi tanda i’rob bagi nashab pada jamak taksir:
وَتَرَى الجِبَالَ
Artinya: Dan engkau akan melihat gunung-gunung,… (Q.S An-Naml 88)
Perhatikan kata “الجِبَالَ”. Kata Al-jibaala adalah jamak taksir dari kata “جَبَلٌ” artinya satu gunung.
Kata “aljibal” merupakan jamak taksir, posisinya sebagai maf’ul, hukum maf’ul manshub, tanda nashabnya harokat fathah yang terlihat di atas huruf lam.
Ketiga, fathah menjadi tanda i’rob bagi nashab pada fi’il mudhari yang memiliki 2 syarat:
- Tidak bersambung dengan apapun.
- Didahului nawashib fi’il mudhari’.
Contoh fathah menjadi tanda i’rob bagi fi’il mudhari’ yang punya dua syarat:
لَنْ يَذْهَبَ صَاحِبُكَ
Artinya: temanmu tidak akan pergi
Perhatikan kata “yazhaba”. Kata “يَذْهَبَ” adalah fi’il mudhari’ tandanya ada huruf yaa mudharaah diawalnya. Artinya sedang pergi ia satu orang laki-laki.
Kata “yazhaba” tidak bersambung dengan huruf apapun dan ia didahului oleh nawashibfi’il mudhari’ “لَنْ” yang membuat harokat akhirnya fathah, artinya ia merupakan fi’il judhari’ yang manshub dengan “لَنْ” tandanya fathah yang dhahir di akhirnya.
2. Alif
Isim yang enam adalah:
• أَبُوْكَ : Bapakmu
• أَخُوكَ : Saudaramu
• حَمُوك : Ayah mertuamu
• فُوك : Mulutmu
• هَنُوك :
• ذُو: Yang memiliki
Contoh alif menjadi tanda i’rob bagi nashab dalam ilmu nahwu:
رَأَيْتُ أَبَاكَ
Artinya: Telah aku lihat bapakmu
Perhatikan kata “abbaka”. Kata “أَبَاكَ” adalah salah satu asmaus sittah, isim yang enam di rofa’ dengan huruf waw, dinashab dengan huruf alif, dan dikhafaz dengan huruf yaa.
Karena berhubung kata “abaaka” posisinya sebagai maf’ul, maka dia manshub, tanda nashabnya huruf alif yang berada setelah huruf baa pada contoh.
3. Kasrah
Kasrah menjadi tanda i’rob bagi nashab pada jamak mu’annats salim dan pada kata yang dianggap jamak muannats salim.
Jamak muannats salim adalah jamak untuk perempuan, pola katanya teratur.
Contoh jamak muannats salim:
– مُسْلِمَةٌ ، مُسْلِمَتَانِ ، مُسْلِمَاتٌ
Kata “muslimaatun” yang berwarna merah adalah contoh dari jamak muannats salim, polanya teratur dan sesuai denga pola mufradnya.
“Jamak muannats salim dirofa’ dengan dhummah, dinashab dan dijar dengan kasrah”
Contoh harokat kasrah menjadi tanda bagi nashab pada jamak muannats salim:
رَأَيْتُ المُدَرِّسَاتِ
Artinya: telah aku lihat para guru perempuan
Perhatikan kata “المُدَرِّسَاتِ”. Kata “almudarrisaati” merupakan jamak muannats salim yang posisinya sebagai maf’ul. Maf’ul hukumnya manshub, tanda nashabnya adalah kasrah, karena jamak muannats salim di nashab dengan fathah.
4. Yaa
Huruf yaa menjadi tanda i’rob bagi nashab pada dua tempat:
- Isim tasniyah (mutsanna)
- Jamak muzakkar salim
Pertama, huruf yaa menjadi tanda i’rob bagi nashab pada isim tasniyah. Mutsanna atau isim tasniyah adalah setiap isim yang mengandung makna dua.
Contoh ي menjadi tanda i’rob bagi nashab pada isim tasniyah:
إِشْتَرَيْتُ كِتَــابَيْنِ
Artinya: aku telah membeli dua buku
Perhatikan kata “kitabaini”. Kata “كِتَــابَيْنِ” adalah isim tasniyah dari bentuk mufrad “كِتَــابُ”.
Isim tasniyah dirofa’ dengan alif, dinashab dan dijar dengan yaa.
Kata “kitabaini” pada contoh isim tasniyah yang berposisi sebagai maf’ul, hukumnya manshub, tanda nashabnya huruf yaa yang terletak antara huruf baa dan huruf nun.
Kedua, huruf yaa menjadi tanda i’rob bagi nashab pada jamak muzakkar salim. Jamak muzakkar salim adalah jamak untuk laki-laki dan polanya teratur sesuai bentuk mufrad.
Contoh ي menjadi tanda i’rob bagi nashab pada jamak muzakkar salim:
دَعَوْتُ التِّلْمِذِيْنَ
Artinya: telah aku panggil para murid laki-laki.
Perhatikan kata “التِّلْمِذِيْنَ”. Kata tersebut adalah jamak muzakkar salim dari bentuk mufrad “تِلْمِيْذٌ”, polanya teratur sesuai bentuk mufradnya.
Kata “tilmiziina” pada contoh berposisi sebagai maf’ul sehingga harus manshub, karena kata tersebut merupakan jamak muzakkar salim, maka nashabnya dengan huruf yaa yang terletak antara huruf za dan nun.
5. Hazfu Nun (Buang Nun)
Menghilangkan huruf nun dari sebuah kata dalam bahasa Arab merupakan tanda i’rob bagi nashab pada fi’il-fi’il yang rofa’nya dengan tsubuttunnun (memunculkan nun).
Contoh buang nun menjadi tanda i’rob bagi nashab pada fi’il-fi’il yang rofa’nya ada huruf nun:
وَأَنْ تَكُوْنَا مُجْتَهِدَانِ
Artinya: dan hendaklah kamu berdua menjadi orang yang bersungguh-sungguh.
Perhatikan kata “تَكُوْنَا”. Kata “takunaa” adalah fi’il yang ketika rofa’ asalnya adalah “تَكُوْنَانِ” . Sehingga ketika didahului oleh huruf nawashib fi’il mudhari’ fi’il tersebut menjadi manshub, dan nashabnya dengan dibuang huruf nun.
__________________
Sumber:
Kitab Kawakib Durriyah
Semoga dicurahkan balasan terbaik kepada penulisnya, juga kepada masyayikh dalam ilmu nahwu, amiinnn.
Semoga bermanfaat.