ghoorib.com|Pembukuan Hadits dan Klasifikasinya
ghoorib.com|Pembukuan Hadits dan Klasifikasinya

Pembukuan Hadits dan Klasifikasinya

Pembukuan Hadits dan Klasifikasinya

ghoorib.com|Pembukuan Hadits dan Klasifikasinya

A. Sejarah Singkat Pembukuan Hadits

Pada masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan masa khulafaur rasyidin, pada saat itu hadits belum dibukukan sebagaimana yang dilakukan pada era setelahnya.

Telah diriwayatkan oleh imam Al Baihaqi dalam kitab Al-madkhal dari pada Urwah bin Zubair bahwa:
Suatu ketika Sayyidina Umar bin Khattab r.a ingin menulis sebuah kitab sunan hadits, kemudian para sahabat pun bermusyawarah terkait perihal tersebut.
Para sahabat yang bermusyawarah memberi isyarat kepada Sayyidina Umar r.a untuk menulis sunan tersebut.
Sayyidina Umar r.a langsung beristikharah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala selama sebulan lamanya.
Namun, Allah SWT berkehendak lain. Pada suatu hari Sayyidina Umar r.a tersadar dan berkata kepada sahabat-sahabat yang lain:
(Sesungguhnya aku ingin menulis sebuah kitab sunan hadits. Akan tetapi, aku teringat sebuah kaum sebelum kita, mereka menulis sebuah kitab, lalu mereka menyibukkan diri dan tunduk kepada kitab tersebut, sedangkan mereka meninggalkan kitabullah).
(Sesungguhnya aku bersumpah tidak akan mencampuradukkan kitab Allah SWT dengan apapun selamanya).
Pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, hadits mulai dikhawatirkan akan menghilang. Maka, pada saat itu khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan qadhinya di Madinah yaitu Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hizam.
Perhatikan yang termasuk hadits Nabi SAW. Maka, tulislah (bukukanlah), sesungguhnya aku khawatir pudarnya ilmu agama, dan mangkatnya para ulama, dan janganlah kamu terima kecuali hadits Nabi SAW, dan hendaklah kalian menyebarkan ilmu hingga orang yang tidak tahu menjadi tahu.

Sesungguhnya ilmu tidak akan binasa hingga tersembunyikan, maka tulislah hingga ke seluruh penjuru.
Kemudian khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepada Muhammad bin Syihab Az-Zahry untuk membukukan dan mengklasifikasi hadits.
Adapun orang pertama yang mengklasifikasikan hadits adalah Muhammad bin Syihab Az-Zahry melalui perintah khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Kemudian, dalam hal pembukuan dan klasifikasi hadits terus rutin terjadi setiap 100 tahun hijriyah oleh umat kemudian, seiring berjalannya waktu metode dan teknik klasifikasi hadits pun berkembang dan bervariasi.

B. Klasifikasi Hadits

Ada dua metode dalam klasifikasi hadits, metode tashnif ushul dan metode tashnif furu’.

a. Tashnif Ushul

Tashnif ushul adalah metode klasifikasi atau penyusunan hadits-hadits yang disanadkan di dalamnya dari pengarang (mushannif) hingga akhir persanadan atau hingga sampai ke Rasulullah SAW.

Tashnif ushul terbagi ke dalam enam pembagian:

1. Shahih

Shahih berasal dari kata bahasa Arab (الصحيح) artinya benar jamaknya Shihah (الصحاح).

Adapun maksud dari shahih adalah kitab hadits yang mana penyusunnya hanya memasukkan hadits-hadits paling shahih di dalamnya.
Ada banyak kitab hadits shahih, yang paling terkenal misalnya Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Beberapa ulama hadits menobatkan Shahih Bukhari sebagai kitab paling shahih setelah Kitabullah.
Selanjutnya ada Kitab hadits Shahih Ibnu Khuzaimah, Shahih Muhammad bin Hibban Al-bustiyyi, dan Shahih Abu Ali Sa’id bin Utsman bin As-Sakan wafat tahun 353 H.

BACA JUGA :  Pengertian Zakat, Kategori Serta Syarat-Syaratnya

2. Jami’

Kata jami’ berasal dari kata bahasa Arab (الجامع) artinya banyak/kumpulan, kata jamamknya (الجوامع).

Kitab hadits jami’ ini adalah susunan hadits yang dikumpulkan dan diklasifikasikan oleh penyusunnya untuk ilmu hukum Islam pada setiap objek kajian ilmu Agama. Seperti aqidah, ibadah, muamalah, sejarah, adab, tafsir, fitan, riqaq, tanda-tanda akhir zaman, balasan dan siksaan, dan lain-lain.
Kitab jami’ hadits paling populer diantaranya adalah jami’ Imam Bukhari, jami’ Imam Muslim, dan jami’ Imam Tirmidzi.

3. Musnad

Musnad merupakan kata bahasa Arab (مسند) yang berarti sandaran, kata jamaknya masaanid (المساند).

Musnad maksudnya adalah kitab hadits yang yang disusun oleh penulisnya dengan cara mengumpulkan hadits berdasarkan marwinya atau sumber riwayat, dalam hal ini para sahabat Rasulullah SAW.
Musnad terbatas pada satu sahabat saja, misalnya musnad yang berisi hadits yang diriwayatkan atas nama Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq.
Contoh lainnya misalkan, musnad yang berisi hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah saja.
Dalam hal musnad, hadits di dalamnya tidak dibedakan mana hadits shahih dan mana hadits dhaif, yang terpenting hadits itu diriwayatkan atas nama satu orang sahabat.
Yang pertama mengklasifikasikan hadits atau menyusun hadits dengan cara ini (musnad) adalah Imam Abu Dawud Ath-Thayalisi.
Musnad terbesar dan terpopuler adalah musnad yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu ta’ala.

4. Mu’jam

Mu’jam adalah kata bahasa Arab (المعجم) yang memiliki arti kamus, kata jamaknya ma’ajim (المعاجم).

Kitab mu’jam hadis adalah kitab hadits yang dikarang berdasarkan urutan para sahabat, atau berdasarkan masyayikh, berdasarkan negeri atau qabilah perawi. Namun, pada umumnya mu’jam adalah kitab hadits yang disusun berdasarkan susunan huruf hijaiyyah.
Diantara mu’jam atau kamus hadits yang populer adalah: Ma’ajim Abi Qasim Ath-Thabrany yang tiga.
Tiga mu’jam tersebut yang pertama adalah kamus hadits Al-Kabir, berisi hadits-hadits yang tersusun berdasarkan urutan nama sahabat yang meriwayatkan.
Kemudian ada Mu’jam Al-Ausath dan Mu’jam Ash-Shaghir, keduanya adalah kamus hadits yang ditulis oleh Abi Qasim Ath-Thabrany berdasarkan urutan nama Syuyukh hadits.

BACA JUGA :  Bacaan Dzikir dan Doa Setelah Sholat Fardhu Beserta Artinya

5. Sunan

Sunan adalah kitab hadits yang berisi bab-bab fiqih saja, tidak ada hadits tentang aqidah, tidak ada hadits tentang balasan atau siksaan, tidak ada hadits tentang sejarah, dan lain seumpamanya.

Kitab sunan hadits terpopuler adalah: Sunan Abi Dawud, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Sunan Ad-Daramy dan Sunan Ad-Daruquthni.

6. Juzu’

Juzu’ berasal dari kata bahasa Arab (الجزء) yang berarti bagian, jamaknya (الأجزاء).

Juzu’ adalah kitab hadits yang pengarang atau penulisnya memisahkan hadits-hadits berdasarkan satu masalah tertentu.
Contohnya, Juzu’ Raf’ul Yadain (mengangkat tangan ketika shalat) yang ditulis oleh Imam Bukhari, Juzu’ Hadits masalah membaca bacaan shalat untuk makmum yang ditulis oleh Imam Baihaqi.

b. Tashnif Furu’

Adalah hadits-hadits yang dinukilkan oleh penulis atau penyusunnya langsung dikaitkan dari asalnya dan tanpa isnad.

Ada dua metode dalam tashnif furu’. Tashnif atas bab dan tashnif berdasarkan urutan huruf.

1. Tashnif Furu’ Bab

Merupakan klasifikasi hadits berdasarkan bab, contohnya kitab hadits Bulughul Maram yang disusun oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani.

Contoh lainnya kitab hadits yang berjudul Umdatul Ahkam yang disusun oleh Abdul Ghani Al-Muqaddis.

2. Tashnif Furu’ Berdasarkan Urutan Huruf

Merupakan klasifikasi hadits berdasarkan urutan huruf hijaiyyah, seperti Jami’ Shaghir karangan Imam Suyuthi.

Wallahu A’lam…

2 comments

  1. ghoorib.com|Pembukuan Hadits dan Klasifikasinya

    Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you. https://accounts.binance.com/en/register-person?ref=RQUR4BEO

  2. ghoorib.com|Pembukuan Hadits dan Klasifikasinya

    Your blog has become my virtual mentor. I appreciate the wisdom and guidance you provide through your articles. Thank you for helping me navigate life’s ups and downs.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *