Kita sering mendengar kata syair dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Arab perkataan-perkataan yang indah tersebut dinamakan syair.
Lantas, apa definisi syair sebenarnya jika ditinjau menurut ilmu bahasa Arab.
![]() |
Foto oleh Cottonbro dari Pexels |
Definisi Syair
Berikut definisi syair menurut kaidah bahasa Arab;
الشِعْرُ هُوَ كُلُّ كَلَامٍ جَمِيْلٍ يُعْبَرُ عَنْ شُعُوْرٍ صَادِقٍ وَيُعْتَمَدُ عَلَى الوَزْنِ وَالقَافِيَةِ
(Syair adalah setiap kalam atau perkataan indah yang menyuarakan perasaan nyata seta mengikuti pola dan sajak.)
Dulu, pada zaman jahiliyyah. Syair mengambil alih posisi yang tinggi diantara qabilah-qabilah Arab. Syair sangat populer di lisan dan mulut orang Arab pada saat itu.
Tujuan Syair Pada Masa Jahiliyyah
Ada banyak tema syair yang sering diucapakan oleh orang Arab pada zaman dahulu menurut sejarah. Setiap syair punya tujuan tersendiri. Diantara tujuan-tujuan syair adalah;
1. Romansa (الغَزَلْ)
Syair romansa adalah perkataan atau ucapan penyair tentang seorang wanita, menyebut pesonanya, menggambarkan cintanya, bahkan berisi ratapan atas puing-puing reruntuhan cintanya.
Adapun syair semacam ini merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh semua penyair pada masa itu. Kata-kata romantis itu selalu ada pada setiap puisi yang mereka suarakan.
2. Pujian (المَدَحْ)
Syair dengan tujuan ini digunakan oleh para penyair untuk memuji atau menyanjung seorang pemimpin atau qabilah dengan cara menyebutkan sifat-sifat dan pengaruh mereka yang mulia dan terpuji.
Pada umum nya, para penyair bermaksud memperoleh keuntungan dan penghasilan dari upah dan pemberian dari yang mengundang mereka.
3. Kebanggaan (الفخر)
Para penyair bersyair dengan cara memuji dirinya sendiri ataupun qabilahnya dengan maksud membanggakan dengan menyebut-nyebut sifat mereka yang mulia, garis keturunan terhormat, silsilah, dan menampakkan kelebihan-kelebihan dan keunggulan di atas yang lainnya.
4. Satire/Kritikan (الهجاء)
Mereka bersyair dengan mengkritik bahkan mencela seseorang atau sebuah qabilah dengan menyebutkan sifat buruk mereka dan menampakkan kekurangan-kekurangan yang tercela dan aib-aib yang tak patut di umbar.
5. Ratapan (الرّثاء)
Syair ini adalah ungkapan si penyair terhadap seseorang yang meninggal dunia dengan menampakkan kesedihan yang mendalam serta menyebut sifat-sifatnya yang baik dan peninggalannya yang mulia.
6. Deskriptif (الوصف)
Merupakan ungkapan si penyair tentang fenomena alam dan kehidupan di sekitarnya dengan mendeskripsikan gambarannya menurut penglihatan si penyair.
Syair deskriptif yang populer antara lain seputar peperangan dan peralatannya, kuda, onta, antelop, gemintang, majlis-majlis senda gurau dan minum-minum.
7. Hikmah (الحكمة)
Ini adalah puisi di mana penyair berbicara tentang permasalahan dalam kehidupan dan orang-orang serta merumuskannya dalam kata-kaya bijak dengan tujuan nasihat dan pertimbangan.
Karakteristik Syair Pada Zaman Jahiliyyah
Syair pada zaman jahiliyyah dapat dibedakan dengan karakteristik yang terbatas dai segi pelafalan kata-kata, gaya bahasa dan maknanya. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut;
Pertama: Lafaz
Lafaz yang terkandung di dalam syair sangat kental dan kuat tapi mewah, banyak mengandung kata-kata yang ghoorib, dan mengekspresikan fenomena di lingkungan sekitar dan kehidupan dalam ungkapan yang sebenarnya.
*ghoorib sebenarnya berarti yang terasing. Namun, dalam ilmu bahasa, ghoorib berarti lafaz yang jarang dipakai dalam percakapan sehari-sehari, kata-katanya tidak bisa difahami begitu saja. Perlu ditafsirkan terlebih dahulu.
Kedua: Gaya Bahasa
Gaya bahasa dari syair tepat, ringkas. Kata-katanya juga bebas dari takalluf (kata untuk menyinggung sesuatu yang tidak ia maksudkan), sina’ah, rikaakah (kata yang jika dihilangkan tidak berpengaruh pada makna syair), dan kadang-kadang mengandung kata-kata yang vulg*r.
Ketiga: Ma’any
Sederhana dan bawaannya bercirikan ketulusan, dan citranya bersumber dari lingkungan sekitar penyair, bebas dari sikap berlebihan dan lekat serta didominasi oleh dislokasi dan disorganisasi.
——————–
Semoga bermanfaat…! 🙂