Thariqah Mubasyarah
Metode langsung atau dalam bahasa Arabnya Thariqah Mubasyarah (طريقة المباشرة) adalah salah satu dari sekian banyak metode yang digunakan oleh seorang guru atau tenaga pengajar untuk mentransfer ilmu kepada murid (peserta didik).
Dalam mengajar seorang guru pasti menggunakan metode, baik itu tersurat maupun tersirat. Metode-metode dalam mengajar ini biasanya dipelajari oleh mahasiswa-mahasiswi fakultas pendidikan khususnya di jurusan pendidikan bahasa Arab.
Untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang handal, ia perlu tahu metode-metode yang benar dalam mengajar dan dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan pelajaran yang di ajar, keadaan peserta didik, dan lingkungan.
Definisi Thariqah
Thariqah (طريقة) merupakan kata bahasa Arab yang berarti jalan, metode, tehnik, prosedur, proses, cara, gaya, mode, tata cara atau doktrin. Arti thoriqoh sangat umum sehingga perlu disesuaikan kembali dengan konteks pembahasan.
Metode adalah rancangan umum untuk penyajian materi kebahasaan secara teratur, tidak bertentangan dengan bagian-bagiannya, dan didasarkan pada pendekatan khusus. Ada istilah lain yang berkaitan erat dengan metode, seperti: mazhab atau tata cara.[1]
Thariqoh menurut istilah adalah cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menjaga keaktifan pembelajaran untuk merealisasikan hasil pengetahuan kepada peserta didik dengan simple, efisien, dan ekonomis.[2]
Definisi Mubasyarah
Mubasyarah (مباشرة) adalah isim masdar dari fi’il (باشر – يباشر – مباشرة) yang berarti segera atau langsung. Ketika bersanding dengan kata Thariqah Mubasyarah maka akan bermakna metode langsung.
Pengertian Thariqah Mubasyarah
Secara bahasa Thariqah Mubasyarah berarti metode langsung.
Adapun secara istilah (Terminologi) Thariqah mubasyarah adalah pengajaran bahasa Arab melalui bahasa Arab itu sendiri tanpa ada bahasa perantara sejaligus mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam hal bahasa Arab.[3]
Dinamakan thariqah mubasyarah karena pengajaran di dalamnya berkaitan langsung antara kata dan frasa asing serta perihal sesuatu yang saling mengarah satu sama lain tanpa menggunakan bahasa local atau bahasa ibu baik dari pihak pengajar ataupun dari pihak peserta didik.
Sebagaimana pula yang dinyatakan oleh Dr. Abdul Halim Hanafi bahwa thariqah mubsyarah adalah metode pengajaran yang bertujuan untuk menghasilkan kemampuan berpikir peserta didik (dalam berbicara, membaca, dan menulis) dengan menggunakan bahasa yang dipelajari secara langsung antara guru dan murid. Serta menghindari penggunaan bahasa ibu baik ketika menerangkan pelajaran ataupun ketika menerjemahkannya.[4]
Thariqah mubasyarah juga diartikan sebagai metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa asing, seperti bahasa Arab dan bahasa inggris.
Dengan metode ini, guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa asing secara langsung dan tidak sedikitpun menggunakan bahasa lokal. Jika terdapat kata-kata yang tidak bisa dimengerti oleh murid, maka guru bisa memakai alat peraga, menunjukkannya, menggambar atau dengan cara-cara yang lain.[5]
Sejarah Thariqah Mubasyarah
Pada akhir abad ke-19 studi ilmiah terhadap ilmu bahasa dan ilmu psikologi meningkat, karakteristiknya diperjelas, serta kurikulum dan sekolah mulai terbentuk.
Thariqah mubasyarah (Metode langsung) muncul sebagai tanggapan spontan terhadap kekurangan thariqah qawaid tarjamah (metode tata bahasa dan terjemahan), yang bergantung pada penggunaan bahasa perantara dalam proses pengajaran.
Menurut satu pendapat metode ini ditemukan oleh Franco Joan pada tahun 1880 M, dan metode ini berhubungan dengan keterampilan lisan, dan dalam metode ini siswa mempelajari bahasa dengan cara yang sama seperti anak menguasai bahasa ibunya, dan metode ini sangat berbeda dari metode sebelumnya, yaitu metode qawaid tarjamah.[6]
Metode ini muncul dengan meluasnya aktivitas di bidang pendidikan, dan penggagas ini menyebarkan keyakinan bahwa siswa dapat belajar memahami bahasa dengan mendengarkan, dan belajar berbicara bahasa target dengan mengaitkan ucapan dengan situasi yang sesuai.[7]
Metode ini kadang disebut juga dengan metode alami karena akar sejarahnya kembali kepada prinsip alami pendidikan bahasa, yaitu prinsip yang menyatakan bahwa bahasa asing dapat dipelajari dengan cara alami yang digunakan anak untuk mempelajari bahasa ibunya.
Metode ini menhubungkan kita dengan salah satu ahli bahasa Jerman, “Wilhelm Victor,” yang menyerukan untuk menggunakan fonologi dalam mengajar bahasa asing.
Metode ini mengandalkan penghubungan kata dan kalimat dalam bahasa asing tanpa menggunakan bahasa ibu oleh pengajar atau peserta didik, dan mereka menyebut metode ini sebagai metode langsung (thariqah mubsyarah).
Tujuan Thariqah Mubasyarah
Adapun tujuan yang mendasar dari thariqah mubasyarah (metode langsung) adalah untuk melahirkan kemampuan berpikir peserta didik terhadap bahasa target yang dipelajari, baik itu dalam skill berbicara, membaca, ataupun menulis.
Hal ini dilakukan dengan cara menggunakan bahasa target sebagai bahasa langsung antara guru dan pelajar tanpa menggunakan terjemahan.
Dalam praktik pengajaran secara langsung, guru dilarang menggunakan bahasa ibu, karena menjelaskan materi pembelajaran dalam bahasa Arab memudahkannya dalam penguasaan bahasa.
Tenaga pengajar harus mencoba membentuk kebiasaan bahasa dalam mengajar maharah kalam. Al-Khouli berkata: Cara terbaik untuk menguasai bahasa asing adalah dengan membentuk kebiasaan linguistik dengan melatih di jiwa.[8]
Tujuan belajar bahasa dengan metode ini juga untuk berhubungan secara langsung antara guru dan peserta didik, serta membiasakan otak peserta didik untuk mengolah apa yang didengarnya dengan pemahaman yang benar.
Kelebihan Thariqah Mubasyarah
Diantara kelebihan thariqah mubasyarah adalah sebagai berikut:
- Metode langsung cocok dengan sistem linguistik, karena bahasa merupakan sistem yang terdiri dari skill mendengar, meniru, dan pembiasaan, sehingga bahasa target tidak mungkin bisa dikuasai secara otomatis bagi pelajar kecuali dengan banyaknya latihan, mendengar dan praktik.
- Mendorong murid untuk berpikir dalam bahasa target, hal ini merupakan level pendidikan tertinggi.
- Thariqah mubasyarah menerapkan aturan dasar pendidikan, yaitu dari tingkat yang sederhana ke kompleks dan dari level yang diketahui hingga yang tidak diketahui.
- Metode ini berkaitan dengan dua pasang keterampilan: keterampilan mendengar -berbicara dan keterampilan membaca-menulis dengan dasar bahasa adalah tuturan. Hal ini juga memfokuskan agar peserta didik terbiasa dengan bahasa yang dipelajari secara langsung, bukan bahasa ibu, sampai mereka terlatih mendengar dan berbicara dalam bahasa Arab menggunakan metode gramatikal, aturan praktik, bukan hanya teori saja.
- Belajar bahasa dengan metode ini merupakan cara yang menarik karena tidak membosankan dan melelahkan siswa karena adanya ilustrasi visual dan alat peraga bila diperlukan.
- Dengan metode ini pula, pelajar dapat meningkatkan keterampilannya dalam mengungkapkan pikiran dan gagasannya dalam bahasa Arab karena dia telah banyak berlatih berfikir sejak awal mempelajarinya.
- Dengan thariqah mubasyarah murid juga mampu menguasai sebagian besar keterampilan bahasa lisan, dan menguasai pengucapan dan ekspresi linguistik dan tertulis.
Kekurangan Thariqah Mubasyarah
Adapun kukarangan thariqah mubsyarah antara lain sebagai berikut:
- Metode ini membutuhkan banyak media belajar untuk menyampaikan materi, karena metode ini mengabaikan aturan gramatikal dan morfologis yang berkaitan dengan non-Arab atau non-penutur bahasa Arab.
- Belajar bahasa asing seperti bahasa Arab dengan metode ini membutuhkan waktu yang panjang.
- Membutuhkan waktu yang lama untuk mencerna penjelasan guru yang menggunkan bahasa yang tinggi atau tanpa penerjemahn sedikitpuun.
- Penggunaan metode ini di ruang kelas yang besar akan sulit untuk guru dalam memperhatika perbedaan individu di antara peserta didik.
- Prinsip-prinsip yang mendasari metode lansung ini adalah prinsip yang baik dan benar, tetapi penerapannya tidak mudah. Itulah sebabnya para pendukung metode ini mencoba melegalkan prinsip-prinsip tersebut, dan mulai mencari metode yang layak.[9]
- Penggunaan metode ini menghalang peserta didik untuk menerjemahkan atau berbicara dalam bahasa ibu, dan mencegah bahasa ibu mengganggu bahasa target yang dipelajari, dan ini merupakan asumsi yang didasarkan atas dasar bahwa sikap psikologis yang menentukan pembelajaran bahasa target serupa dengan situasi yang menentukan pembelajaran bahasa ibu.
- Karena kurangnya buku teks, materi bahasa yang tertentu, dan ketergantungan pada kemampuan dan ketekunan guru, sulit untuk mengevaluasi kinerja siswa dan memastikan kemajuan mereka dalam pembelajaran.
Artikel Versi PDF : Thariqah Mubasyarah.pdf
Footnote
(1) Nasruddin Idris Jauhar, Thuruqu Tadris Lughah Arabiyah Linnathiqin Bighairiha (UIN sunan Ampel).
(2) Dr. Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Thuruq Ta’lim Lughah Al-Arabiyah, Cet. Ke-1 (Cairo: Maktabah Nahdhah Al-Misriyyah, 1989).
(3) Salami binti Mahmud, Al-madkhal ila Ta’lim Lughah Al-‘arabiyah, (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry, 2004), hlm. 57.
(4) Dr. Fathi Ali Yunus, Al-maraji’ Fi Ta’lim Lughah Al-‘arabiyah Lil Ajnab: Min Nazriyyah Ila Tathbiq (Cairo: Maktabah Wahbah, 2003), hlm. 72-73.
(5) Ahmad Izan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2009), hlm. 86.
(6) Muhammad Hadhar Arif, Anwar An-Naqsyabandy, Muqaddimah Fi Ilmi Lughah At-Tayhbiqi (Jeddah: Dar Hadhar, 1996), hlm. 51-52.
(7) Shalah Abdul Majid Al-‘araby, Ta’allum Lughah Al-Hayah Wa Ta’limiha (Cairo: Universitas Amerika), hlm. 42.
(8) Muhammad Ali Al-khauly, Asalib Tadris Lughah Al-arabiyah (Jordania: Al-Falah, 2000), hlm. 24.
(9) Dr. Rusdi Ahmad Thu’aimah, Ta’limul Arabiyah Lighairin Nathiqina Biha (Mesir: Universias Almasrooq, 1989), hlm. 79.